Selasa, 07 Oktober 2025

"Burnout" di Kalangan Mahasiswa: Tantangan Baru Dunia Pendidikan Tinggi

Fahkrullah I Tama Umar, S.PdI., M.Pd

(Dosen & Praktisi Pendidikan)

Fenomena burnout atau kelelahan emosional, mental, dan fisik akibat tekanan akademik menjadi isu serius di kalangan mahasiswa. Artikel ini membahas penyebab, dampak, dan strategi penanggulangan burnout di lingkungan pendidikan tinggi. Melalui tinjauan pustaka dan analisis konseptual, ditemukan bahwa faktor penyebab utama burnout meliputi beban tugas yang berlebihan, tekanan prestasi, kurangnya dukungan sosial, serta lemahnya manajemen waktu. Artikel ini menegaskan perlunya pendekatan holistik dari institusi pendidikan untuk membangun lingkungan belajar yang sehat dan berkelanjutan.

Perkembangan dunia pendidikan tinggi yang semakin kompetitif membawa tantangan baru bagi mahasiswa. Tuntutan akademik, ekspektasi sosial, serta tekanan untuk meraih prestasi sering kali menyebabkan mahasiswa mengalami stres berkepanjangan. Jika tidak dikelola dengan baik, stres ini dapat berkembang menjadi burnout — kondisi kelelahan emosional, mental, dan fisik yang serius (Maslach & Leiter, 2016).

Di era digital saat ini, mahasiswa dihadapkan pada beban akademik yang tidak hanya bersumber dari kampus, tetapi juga dari tekanan sosial media, perbandingan sosial, dan ketidakpastian masa depan. Fenomena ini menjadikan burnout sebagai salah satu masalah psikologis paling menonjol di dunia pendidikan tinggi (Schaufeli et al., 2020).

Menurut Maslach dan Jackson (1981), burnout merupakan sindrom psikologis yang terdiri dari tiga dimensi utama, yaitu:

  1. Kelelahan emosional (emotional exhaustion) — perasaan lelah dan kehilangan energi akibat tuntutan akademik yang terus menerus.
  2. Depersonalisasi (depersonalization) — munculnya sikap negatif terhadap diri sendiri dan lingkungan belajar.
  3. Penurunan pencapaian pribadi (reduced personal accomplishment) — berkurangnya rasa percaya diri terhadap kemampuan akademik.

Dalam konteks mahasiswa, burnout akademik dapat diartikan sebagai kondisi kelelahan akibat beban belajar yang berlebihan, yang berdampak pada penurunan motivasi, performa akademik, serta kesejahteraan psikologis (Salmela-Aro & Read, 2017).


Faktor Penyebab Burnout di Kalangan Mahasiswa

Beberapa faktor utama yang memicu burnout pada mahasiswa antara lain:

  1. Beban Akademik yang Tinggi
    Mahasiswa sering menghadapi jadwal kuliah padat, tugas berlapis, serta ekspektasi akademik yang tinggi. Kondisi ini menimbulkan tekanan berlebih yang menguras energi mental.

  2. Manajemen Waktu yang Buruk
    Kurangnya kemampuan mengatur waktu dan prioritas menjadi penyebab umum munculnya stres. Mahasiswa sering kali menunda pekerjaan hingga mendekati tenggat waktu, yang memperparah kelelahan mental.

  3. Kurangnya Dukungan Sosial
    Dukungan dari teman sebaya, dosen, dan keluarga berperan penting dalam mencegah burnout. Mahasiswa yang merasa terisolasi cenderung lebih rentan terhadap kelelahan emosional.

  4. Tekanan Sosial dan Ekspektasi Masa Depan
    Kekhawatiran akan masa depan, tuntutan karier, serta tekanan sosial media memperburuk kondisi psikologis mahasiswa, menyebabkan munculnya perasaan tidak cukup baik (imposter syndrome).


Dampak Burnout terhadap Mahasiswa

Burnout memiliki dampak signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan mahasiswa, di antaranya:

  • Penurunan Prestasi Akademik: Konsentrasi dan motivasi belajar menurun drastis.
  • Gangguan Kesehatan Mental: Meningkatnya risiko depresi, kecemasan, dan kelelahan kronis.
  • Penurunan Partisipasi Sosial: Mahasiswa menjadi menarik diri dari kegiatan sosial dan organisasi.
  • Tingginya Drop-out Rate: Beberapa mahasiswa memilih berhenti kuliah karena tidak mampu mengatasi tekanan akademik.

Strategi Pencegahan dan Penanganan Burnout

Upaya untuk mencegah dan mengatasi burnout harus dilakukan secara menyeluruh oleh mahasiswa, dosen, dan institusi pendidikan. Strategi yang dapat diterapkan antara lain:

  1. Pelatihan Manajemen Stres dan Waktu
    Kampus dapat menyediakan workshop tentang manajemen waktu, teknik relaksasi, dan strategi coping terhadap stres akademik.

  2. Konseling dan Dukungan Psikologis
    Layanan bimbingan konseling kampus perlu dioptimalkan sebagai ruang aman bagi mahasiswa untuk mengekspresikan perasaan dan mendapatkan pendampingan profesional.

  3. Keseimbangan Akademik dan Kehidupan Pribadi (Work–Life Balance)
    Mahasiswa perlu menyeimbangkan antara kegiatan akademik, sosial, dan rekreasi agar tidak terjebak dalam rutinitas monoton.

  4. Peran Dosen dan Institusi Pendidikan
    Dosen berperan penting dalam menciptakan iklim akademik yang suportif, tidak hanya menilai hasil belajar tetapi juga memperhatikan proses dan kesejahteraan mental mahasiswa.


Kesimpulan

Burnout di kalangan mahasiswa merupakan tantangan nyata dalam dunia pendidikan tinggi modern. Tekanan akademik, sosial, dan emosional yang tinggi menuntut adanya perhatian serius dari seluruh pihak di lingkungan kampus. Pendekatan holistik berbasis kesejahteraan psikologis harus menjadi bagian integral dari kebijakan pendidikan tinggi agar mahasiswa dapat berkembang secara optimal, baik secara akademik maupun emosional.


Daftar Pustaka

  • Maslach, C., & Jackson, S. E. (1981). The Measurement of Experienced Burnout. Journal of Occupational Behavior, 2(2), 99–113.
  • Maslach, C., & Leiter, M. P. (2016). Burnout and Engagement in the Workplace: A Contextual Analysis. Annual Review of Organizational Psychology, 1(1), 397–422.
  • Salmela-Aro, K., & Read, S. (2017). Study Engagement and Burnout Profiles Among Finnish Higher Education Students. Burnout Research, 7, 21–28.
  • Schaufeli, W. B., Martínez, I. M., Pinto, A. M., Salanova, M., & Bakker, A. B. (2020). Burnout and Engagement in University Students: A Cross-National Study. Journal of Cross-Cultural Psychology, 51(4), 310–325.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Berikut uraian lengkap dan rinci tentang model pembelajaran Think Pair Share (TPS) , mulai dari pengertian, landasan teori, langkah-langkah,...