Rabu, 14 Agustus 2019

4 Tipe Mahasiswa, kamu masuk yang mana ?

Tipe Mahasiswa
Oleh : Fahkrullah I Tama Umar, M.Pd

Masa perkuliahan menjadi masa yang manis untuk dijalani. Serba-serbi yang muncul dalam kurun waktu sekitar 3-4 tahun akan menjadi jembatan masa depan dan akan dikenang sesudahnya. Status sebagai mahasiswa mendapat terjemahan yang berbeda dari masing-masing pribadi yang menjalaninya. Diantara pandangan mahasiswa tentang status yang sedang dijalaninya :
1. Mahasiswa, "yaa santai aja"
Pandangan ini tentu terpengaruh dari kecukupan akomodasi dan konsumsi yang telah disedia orang tua mahasiswa tersebut. Kecukupan akan kebutuhan itu menjadikan mahasiswa merasa enjoy dengan masa kuliahnya. Faktor utama yang menjadi sebabnya adalah mindset mahasiswa yang belum mandiri  dan belum punya visi. Waktu yang sedang dijalani akan mengalir begitu saja tanpa adanya impian, target dan visi besar.

2. Mahasiswa, "aku akan giat dan ontime"
Pola pikir ontime ini terkait dengan ketepatan menyelesaikan perkuliahan. Bahkan kalau bisa dapat menyelesaikan sebelum target. Fokus dan waktunya terpenuhi dengan target kuliah yang padat. Kesempatan yang muncul baik itu berupa kerja parttime dan kegiatan esktra tidak akan dapat menggoda mahasiswa yang bertipe ini. Hanya menjalani sepenuhnya perkuliahan ini dan mampu memenuhi standar kelulusan dengan maksimal. Tipe ini kalau tidak disertai kemampuan pengembangan diri, maka akan menjadikan kerikil sandungan saat sudah menjadi sarjana. Hal ini karena setelah sarjana maka mahasiswa yang bertipe ini baru akan membuka relasi dan bergerak mencari kerja. Disisi lain adanya saingan dari sarjana yang telah membangun relasi dan pengembangan potensi diri dari sejak masa perkuliahan. Kalau diamati dengan detail bahwa mahasiswa yang hanya kuliah saja akan lebih kaku pergaulan dan komunikasi dibandingkan mahasiswa yang telah luas pergaulannya.
3. Mahasiswa, "kuliah dan nyambil"
Berbagai pekerjaan dapat dilakukan oleh seorang mahasiswa walaupun masih disibukkan dengan perkuliahan. Mahasiswa yang memiliki ambisi kuliah dan nyambil dengan kerjaan parttime akan terbentuk kemampuan manajemen waktunya. Bahkan banyak kebiasaan positif yang didapat oleh mahasiswa yang seperti ini. Salah satu faktor munculnya keinginan nyambil ini ialah karena adanya desakan kebutuhan yang harus dipenuhi akan tetapi kemampuan ekonomi subsidi dari orang tua terbatas. Disini mahasiswa akan dalam belajar mandiri, mampu menyelesaikan masalah dan tetap tepat waktu dalam menyelesaikan masa studi perkuliahannya. Mahasiswa dapat mencari kerja mulai sore dan malam yang setidaknya mampu memenuhi uang saku 1 hari bahkan kalau lebih maka akan dapat ditabung.
Dalam proses ini masih ada kontrol emosi yang sudah matang, sehingga mahasiswa tidak mengabaikan kuliahnya, nilai akademik tetap baik bahkan masih tergolong mahasiswa berprestasi di perkuliahannya. Setelah menjadi sarjana maka besar kemungkinan mahasiswa ini akan cepat berkreasi untuk menciptakan peluang kerja ataupun juga bekerja di posisi terbaik.
4. Mahasiswa, "uang is no 1"
Disini perlu hati-hati, karena mahasiswa yang sudah merasakan nikmatnya bekerja maka bisa saja akan menyepelekan perkuliahannya. Hari-harinya diisi oleh ide berwirausaha, ide bekerja dan mengabaikan kuliahnya. Hal ini menurut saya adalah hal yang kurang baik, karena untuk orang yang dewasa maka akan bertanggung jawab dalam pilihan untuk menyelesaikan perkuliahan. Daru awal perkuliahan terdapat harapan orang tua. Kalaulah mahsiswa yang tipe 4 ini telah merasakan nikmatnya bekerja dan yakin bahwa tidak perlu lagi kuliah, maka sebaiknya segera putuskan untuk 100% fokus dalak kerja dan mengubur status mahasiswanya. Hal ini agar dapat berhasil di bidang yang dipilihnya.

Semua tipe yang dijabarkan diatas tentu akan terlihat di lingkungan sekitar kita. Sebagai saran maka sebaiknya mahasiswa memilih seperti nomor 3, karena dapat memulai mengembangkan diri dengan berbagai hal mulai dari sekarang dan tetap berkomitmen untuk menyelesaikan kuliah tepat waktu. Kemampuan majemen waktu akan menjadi modal penting untuk menjadi sukses setelah menjadi sarjana dan bahkan memberi peluang kepada teman-teman lainnya yang masih akan memulai berkarya.

Selasa, 13 Agustus 2019

Wacana Impor rektor Asing

Wacana Impor Rektor Asing
Oleh : Fahkrullah I Tama Umar, M.Pd

Akhir-akhir ini beredar pembahasan tentang impor rektor yang akan dilakukan pemerintah. Berbagai pertimbangan juga mulai dipaparkan agar wacana dapat disosialisasikan dengan aktual. Namun demikian berbagai pro-kontra tetap saja berjamuran muncul. Hal ini memang idealnya terjadi, karena para pakar dan intelektual akan diuji kompetensinya untuk menjawab ide yang mulai terumuskan.

Sebelum jauh berbicara tentang impor rektor, saya teringat impor coach (pelatih) timnas indonesia yang pernah dilakukan dan masih sedang dilakukan saat ini. Bagaikan motor 100cc walau dikemudikan oleh Valentino Rosi dan marq marquez tetap saja tak akan mampu mengejar motor 200cc. Timnas mestinya fokus pada jangka panjang mulai pembibitan pemain muda sampai timnas senior. Secara perlahan semua target akan optimal tercapai sesuai target yang realistis.

Impor rektor menjadi hal yang ekspres kalau dilakukan pada mayoritas kampus, namun demikian pelaksanan kebijakan tersebut akan dilaksanan pada tahun 2020 hanya pada beberapa kampus untuk percontohan. Dalam kondisi terus berkembang, maka para akademisi akan mengevaluasi proses percontohan tersebut hingga ada sebuah formula yang tepat untuk kemajuan bangsa ini terkhusus bidang pendidikan tinggi. Bukankah kemajuan kampus tersistem dan terorganisir secara keseluruhan, bukan hanya seorang pimpinan saja. Maka hendaklah adanya pembahasan secara mendalam yang melihat semua hal.

Pentingnya Jiwa kewirausahaan bagi Mahasiswa milenial

Jiwa entrepreneur sangat penting untuk ditumbuhkan pada jiwa seseorang. Apabila jiwa entrepreneur dapat ditanamkan sejak kecil maka akan jauh lebihbaik. Banyak kisah para pengusaha sukses bemula dari usaha sejak kecil sehingga bisa berkembang dengan sukses. Pada umumnya masalah bagi seseorang mahasiswa yang mencoba untuk memulai usaha dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya takut mencoba, keterbatasan modal, inovasi, dan niat. Hal tersebut sebenarnya bisa diatasi jika mahasiswa memiliki pemikiran yang kreatif.  Mahasiswa yang merupakan calon penerus bangsa harus mampu menyikapi hal itu dengan baik untuk bisa memanfaatkan peluang yang ada.
Pada tahun 2018, jumlah wirasusaha di Indonesia menurut data yang dimiliki oleh Himpunan Pengusaha Indonesia Muda (HIPMI) masih sangat sedikit hanya berkisar 3% dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai sekitar 265 juta jiwa. Jumlah wirausaha di Indonesia ini masih kalah dengan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand yang jumlah wirausaha di negaranya sudah diatas 4%. Tentunya jumlah wirausaha di Indonesia harus ditingkatkan agar dapat mendorong perekonomian di Indonesia semakin tumbuh.
Diantara cara untuk meningkatkan jumlah wirausaha yang ada di Indonesia adalah dengan mendorong mahasiswa untuk berwirausaha. Saat ini banyak sekali program-program yang dapat ditunjukkan kepada mahasiswa untuk mendorong mahasiswa berwirausaha seperti adanya program rutin tahunan yaitu Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) khususnya cabang PKM-K atau PKM Kewirausahaan yang merupakan program dari Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (DIKTI) untuk memfasilitasi potensi yang dimiliki oleh mahasiswa untuk dapat mewujudkan terbentuknya suatu usaha dengan diawali membuat proposal perencanaan suatu usaha berikut perencanaan keuangan, operasional dan lainnya yang apabila proposal tersebut setelah dikaji oleh panitia dari DIKTI cukup baik untuk dijalankan, maka dana hibah akan turun kepada mahasiswa tersebut dan mahasiswa tersebut dapat menjalankan usahanya.

Kuliah Zaman Now: Seberapa Efektif AI di Dunia Perkuliahan?

Fahkrullah I Tama Umar, S.PdI., M.Pd (Dosen & Praktisi Pendidikan) Pernah kebayang nggak kalau tugas kuliah bisa dikoreksi otomatis, ata...